Home / Ekonomi / Raksasa Eccommerce “Pergi” dari RI, Serangan Kritik Pun Membahana

Raksasa Eccommerce “Pergi” dari RI, Serangan Kritik Pun Membahana

Jakarta — Dunia e-commerce Indonesia kembali dihebohkan dengan kabar mengejutkan: salah satu raksasa belanja daring, Shein, dikabarkan memutuskan untuk “meninggalkan” pasar Indonesia dan mengalihkan fokus ke luar negeri, khususnya lewat pembukaan toko fisik di Prancis. Langkah ini memicu kritik pedas dari banyak pihak — mulai dari konsumen, pelaku usaha lokal, hingga kalangan pemerintahan.

Apa tepatnya yang terjadi? Mengapa keputusan ini menuai kecaman tajam? Dan bagaimana implikasinya untuk ekosistem e-commerce di Tanah Air? Mari kita kupas bersama.


Dari Belanja Online ke Rak Tokonya Sendiri

Menurut laporan CNBC Indonesia, Shein telah membuka toko fisik pertamanya di Prancis melalui kerja sama dengan Societé des Grands Magasins (SGM).
Langkah ini bukan hanya soal ekspansi global, tetapi juga sinyal bahwa model bisnis e-commerce cepat (fast fashion + ongkos pengiriman global) kini semakin menembus batas digital ke kanal konvensional.

Namun, sebagian pihak menilai langkah itu menyerempet ironi: ketika Shein memperluas kehadiran fisik di Eropa, di Indonesia justru terdengar kabar “pamitan”.


Reaksi “Pedas” dari Publik & Pelaku Usaha Lokal

Langkah Shein ini memicu gelombang kritik dari berbagai pihak:

  • Pengecer lokal dan pelaku UMKM menuding bahwa Shein selama ini “memakan” ruang pasar dengan harga murah dan frekuensi rilis produk yang cepat (fast fashion), yang membuat kompetisi lokal semakin berat.
  • Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, juga ikut angkat suara. Dia menyebut kehadiran merek seperti Shein dapat “membanjiri pasar” dengan produk sekali pakai — sebuah kritik terhadap dampak lingkungan dan keberlanjutan pasar lokal.
  • Di media sosial dan forum daring Indonesia, netizen mempertanyakan komitmen Shein terhadap konsumen Indonesia: “Apa artinya ada di Indonesia kalau tiba-tiba pergi?”, demikian salah satu komentar yang ramai dibagikan.

Alasan & Tantangan: Apa yang Mendorong Shein Keluar dari RI?

Sebelum kita langsung menyimpulkan, ada baiknya menyimak berbagai faktor yang mungkin berada di balik keputusan itu:

1. Regulasi & Kepatuhan Lokal

Indonesia belakangan semakin agresif dalam menerapkan aturan untuk pelaku e-commerce asing: mulai dari pajak, standar impor, hingga kewajiban domisili dan data lokal. Bagi banyak pemain global, kepatuhan ini bisa menjadi beban administrasi maupun biaya tambahan.

2. Biaya Logistik & Rantai Pasok

Meskipun Shein sudah dikenal dengan efisiensi rantai pasoknya di level global, biaya logistik di Indonesia — terutama untuk pengiriman ke daerah terpencil — bisa menjadi tantangan besar ketika margin diperas oleh tarif pengiriman dan bea masuk.

3. Isu Citra & Tekanan Publik

Kritik dari media dan publik, khususnya soal dampak lingkungan dan persaingan tidak sehat, dapat memaksa perusahaan melakukan “redefinisi pasar” agar tidak terus menjadi target konflik reputasi.

4. Fokus Pasar Prioritas

Dengan membuka toko fisik di Eropa, Shein tampak ingin memperkuat posisi merek di negara maju—mungkin dengan margin lebih tinggi—daripada terus bersaing di pasar dengan pelemahan daya beli atau regulasi ketat seperti Indonesia.


Dampak bagi Indonesia & Peluang ke Depan

A. Kerugian bagi Konsumen & Pelaku UMKM

  • Konsumen mungkin kehilangan akses ke produk Shein dengan harga dan variasi tinggi, meskipun alternatif lokal dan global tetap ada.
  • UMKM dan merek lokal harus bersiap menghadapi kekosongan pasar global-entri (jika Shein memang benar “meninggalkan” RI), tapi hal itu juga membuka ruang kompetisi yang lebih adil.

B. Dorongan untuk Pemberdayaan Lokal

Kepergian pemain besar seperti Shein bisa menjadi momentum bagi merek lokal dan startup e-commerce Indonesia untuk memperkuat kapabilitas produksi, branding, dan distribusi. Bila didukung dengan kebijakan yang mendukung (infrastruktur, insentif fiskal, akses teknologi), peluang tumbuh menjadi lebih besar.

C. Refleksi Kebijakan Digital & Perdagangan

Langkah Shein ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi regulator dan pemangku kebijakan di Indonesia: apakah regulasi kita sudah cukup menarik dan adil untuk perusahaan digital global, atau malah mendorong “eksodus” mereka?


Kesimpulan: Pergi atau Sekedar Bergeser?

Belum ada konfirmasi resmi penuh dari Shein bahwa mereka benar-benar “menutup” operasional di Indonesia — mungkin mereka hanya memusatkan strategi ke wilayah yang lebih menguntungkan. Namun apapun bentuknya, keputusan ini sudah cukup untuk mengguncang industri e-commerce di Indonesia.

Bagi konsumen dan pelaku usaha lokal, momen ini bisa menjadi titik balik: untuk lebih mengandalkan produk dalam negeri, memperkuat rantai pasok lokal, serta memacu inovasi agar tetap relevan di era digital global. Bagi pemerintah dan regulator, ini panggilan agar menciptakan iklim usaha digital yang kompetitif dan berkelanjutan — agar pemain besar tidak lebih memilih “pergi” daripada bertahan di Tanah Air.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *